Monday, December 12, 2011

GENGSI VS KEPITING!!!

halo bray, udah lama ga blogging nih! terakhir blogging itu kalo ga salah pas ulang tahun jakarta kemarin deh. ya tinggal diliat sih di postingan sebelumnya juga ada.

nah seperti biasa nih, kalo gua blogging berarti punya cerita baru yang bagus buat dibaca (menurut gue, menurut lo?) sebenarnya itu ada banyak bet cerita yang pengen gue tulis di sini bray, tapi kalo gue tulis semua, bakal jadi sebnyak apa postingan gua? butuh waktu berapa lama? mau dibikin buku setebal apa? mau ngalahin raditya dika? (NGIMPI!!!)

Langsung aja dehya ke ceritanya... :ngacir :ngacir




Jadi gini, berhubung dengan dipanggilnya kembali diri saya oleh keluarga untuk membuat e-ktp di Jakarta, saya pulang ke Jakarta hari Rabu, 7 Desember 2011. Sebenarnya ceritanya bukan di tanggal itu, jadi mending kita ffwd >> deh ke tanggal 11 Desember 2011, yaitu beberapa jam postingan ini dibuat.


Ceritanya, bukan ceritanya sih, tapi emang kenyataannya, kan Ibu gue kedatengan tamu waktu sore hari, yang tidak lain dan tidak bukan adalah oom gue. Dia dateng bareng bininye yang lumayan annoying, kalo skala 1-10 ya dia tuh nilainya 9 lah annoyingnya, sama anaknya juga si Ais (dia cowok loh, jangan salah, karena nama lengkapnya ga tau, jadi gue tulis aja nama panggilannya). Usut punya usut, ternyata kedatangan mereka yang cuma sebentar ini adalah untuk membayar hutangnya kepada Ibu saya. Gue waktu itu lagi browsing dan downloading dan online-ing di kamar kakak gue (di sini oom dan tante dan sepupu gue udah pada balik nih). Dan seketika Ibu gue masuk ke dalam kamar itu, yang di situ ada gue dan kakak gue, dan dia mengucap rasa syukur kepada Allah SWT karena rezeki mendadak itu. Sebagai rasa syukurnya itu, gue dipecingin sama Ibu gue lah, sebanyak Rp 100.000,00, dengan detail : uang pecahan Rp 50.000,00 sebanyak dua lembar.


Di sini lah mulai terjadi konflik. Kakak gue yang duit gajinya udah tiris buat bulan ini, dan juga telah mematung untuk biaya pembelian monitor LCD juga bareng gue merasa ingin mendapat pecingan (pecingan berarti semacam pemberian uang kepada suatu orang yang lebih muda dari orang yang lebih tua) juga dari Ibu gue (Ibu lo kan Ibu dia juga, mur, zzzzzz-_-). Tapi Ibu gue ga memberinya sepeser pun. Walhasil, kakak gue itupun meminta gue untuk mentraktirnya makan malam ini. Setelah Maghrib, dan setelah film Final Destination 5 yang kita tonton bareng-bareng selesai, kakak gue itu merengek lagi minta traktir. "Mur, traktir dong!", pinta kakak gue. "Lo mau traktir apa sih, Lae?", kata gue dengan sok gagahnya. "Cumi saus Padang!", pinta kakak gue. Nah di situ juga ada kakak gue yang kedua, yang padahal abis kondangan dan pastinya makan enak di sana. Dengan bertidakmalunya dia pun minta, "Dede juga mau ditraktir dong." "Peler sapi portable! Sok imut lo, muka rusak aja!", kata gue dalam hati. Dengan mintanya si Godel Gabrug itu, gue jadi ga enak juga kan. Kalo pun ditolak dan gue cuman beliin si Jule cumi saus padang doang, ga enak sama yang lain, masa yang ditraktir si Jule doang? Tapi Ibu gue pun menyela pembicaraan dan bilang, "Ga usah, si Dede mah abis kondangan, udah makan. Udah beliin aja cumi itu buat Aang." Dengan perkataan Ibu gue tadi, gue sedikit lega walaupun masih ada perasaan ga enak ke yang lainnya kalo gue cuman nraktir si Jule doang. Tapi toh memang dia yang sering nraktir gue dan dia juga yang bayarin kuliah gue selama ini. Jadi ya sekalian balas budi lah, pikir gue. Abis itu pun gue langsung ambil kunci Scoopy dan memutar motor menuju jalan yang ditunjukkan. Tapi sebelum gue keluar itu, dengan munafik-pelernya si Jule bilang, "Yaudah yaudah ga usah. Ga jadi gue ga jadi." Gue bales aja, "Halah peler sapi portable lo!" Dan setelah itupun gue langsung ka-caw ke tukang sea food di seberang pom bensin villa delima. (ka-caw bermakna sama dengan cabcus dan juga cabut dan juga jalan).


Sesampainya di tukang sea food itu, gue langsung duduk dan ngeliat daftar menu, buat memastikan ada cumi saus padang ga di sini. Pas duduk ada mas-masnya datengin gue. Baru gue pengen bilang "Cumi saus padang satu, dibungkus", eh dia langsung ngasih bon pesanan gitu deh ke gue. Gue liat ada di situ cumi saus padang. Langsung lah setelah liat itu gue contreng 1 di kotak jumlah. Gue sobek kertas bon itu, dan gue kasih ke mas-masnya sambil bilang, "Bungkus ya mas."


Sambil menunggu, gue liat-liat keluar, kali aja ada cewek cakep kan lewat. Dan ternyata memang ada. Seseorang yang make kerudung, berkulit putih, berkacamata, hidung bugel, tapi bangir, bibir tebal, tapi hot, pake kemeja kotak-kotak biru putih, pake kaos dan celana tidur warna hijau muda pudar, dengan motif beruang teddy di sekitarnya. Dia naik motor karisma warna biru abu-abu. Dia pun masuk aja ke dalem dan ngomong ke mas-masnya, yang gue ga begitu denger, tapi gue tau dia mesen apa, dan dia itu mesen ayam goreng, bagian dada. Setelah mesen ke masnya, dia nyari tempat duduk. Ngeliat kursi semua penuh, dan tersisa satu kursi di hadapan gue. Dia pun ngeliat gue, dan gue juga ngeliat dia. Lalu dia memilih buat duduk di motornya aja di luar situ di parkiran (sedihnya gue, ga bisa ngajak ngobrol ataupun menatap dia secara lebih dekat huhu).


Setelah menunggu beberapa lama, pesenannya pun udah selesai, dan dia langsung sigap masuk buat melakukan transaksi dengan mas-masnya di depan gue. Gue pun ngeliat dia. Dan setelah gue perhatiin, dia mirip sama Nita (Marnita Dewi Pramono, mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah, fakultas ekonomi 2011). Jadi aja gue keinget sama si Nita, yang udah lama ga kontak-kontak lagi, semenjak habis lebaran :'(. Setelah dia selesai melakukan transaksi sma masnya, dia langsung pergi, tanpa ngeliat gue (padahal gue berharap kita bertatap muka untuk yang terakhir kalinya di situ). Dia memarkir motornya dengan hati-hati, karena memang kakinya ga nyampe, dan dia harus jinjit untuk napak ke tanah, lalu dia pun berlalu dari pandangan gue. Yang gue tau pasti dia pergi ke arah kiri. Jadi ada dua kemungkinan, rumahnya di kisaran jalan H.Ipin dan Pondok Labu atau rumahnya di bilangan komplek TNI AL dan Karang Tengah deket masjid keong. Tapi ya sudahlah, mungkin kalo jodoh ga akan ke mana :)


Balik ke pesenan gue. Setelah beberapa lama nunggu pun, akhirnya pesenan gue selesai. Dengan susah payah si masnya masukin masakan yang udah matang itu ke dalam plastik yang di dobelin biar ga bocor. Kemudian dia manggil gue ke meja kasir. Dia kasih bonnya dan dia bilang sesuatu ke gue yang agak samar-samar, dan gue langsung bilang,

"KEPITING!?!?!?"

Si masnya pun jawab, "Iya kepiting, jadi Rp 48.000,00"
Gue langsung liat bon, dan ternyata....... yang gue contrengin adalah di bagian

Kepiting saus padang         |       1       |  48.000     |

Kurang lebih begitu model tulisannya bray. Tulisan yang berwarna hitam itu tulisan tangan, dengan tinta warna hitam pula. 

Karena udah kepalang gengsi dan ga enak sama si masnya udah dibikinin itu kepiting, ya apa boleh buat. Dan dengan gagahnya (re:miris) gue bilang ke masnya, "Oh, oh ya kepiting." (padahal dalam hati, "WTF! Goblok banget gua!!!!").

 Jadi aja itu Kepiting saus padang gue bayar seharga 48.000 Rupiah -___________-
Setelah gue kasih sel;embar uang Rp 50.000,00 itu ke masnya, gue langsung cao keluar buat ambil motor, tanpa inget kalo sebenarnya ada kembalian Rp 2.000,00. Si masnya untung baik, dan ngasih gue kembaliannya (iyalah gue udah beli kepiting). Dia nyamperin gue yang udah di luar dan bilang, "Mas ini kembaliannya." Gue jawab, "Oh ya Mas, lupa saya." (padahal mah lingling abis kehilangan duit sebesar Rp 48.000,00, yang harusnya bisa buat makan 7 kali di kosan -____________-) sambil gue ambil duit kembalian itu. Dan gue parkir motor gue, dan langsung berlalu ke rumah.

Sesampainya di rumah, gue berdalih ke orang-orang kalo cuminya itu habis, dan karena gue pengen semuanya kebagian, jadi ya gue traktir kepiting aja sekalian dan bilang kalo duit gue di atm masih banyak, walau memang kenyataannya masih banyak dan masih cukup untuk beli vga card. Kedua kakak gue dan Ibu gue histeris seketika. Kakak-kakak gue itu seneng karena dibeliin kepiting sama adeknya yang belum punya penghasilan ini sedang Ibu gue benar-benar kaget, kenapa si Makmur beli kepiting yang harganya Rp 48.000,00 itu. Akhirnya, dengan muka sok cool, gue masuk ke kamar, dan melanjutkan kegiatan browsing, downloading dan online-ing, sedang anggota keluarga gue yang lain asyik menyantap kepiting hasil gengsi gue, terkecuali Bapak gue. Entah memang dia masih beranggapan kalo kepiting itu haram hukumnya untuk dimakan atau memang dia gengsi untuk makan pemberian dari anaknya yang masih kuliah dan belum berpenghasilan dan mampu membeli LCD monitor dengan uangnya sendiri. Sampai sekarang masih belum diketahui modusnya dan sampai sekarang pun kepiting itu masih nyisa sepotong bagian besar yang diperuntukkan bagi saya dan sampai sekarng pun gue belum makan bagian itu karena gengsi saya dengan Bapak saya masih berlanjut. Hm hm hm.

Pesan moral dari cerita gue kali ini adalah : 
"Kalo mau mesen di restoran atau di tempat makan manapun, perhatikan terlebih dulu contrengan kamu pada lembar pesanan (menu) dan pastikan contrengan kamu itu benar. Atau kalau mau lebih aman sekalian, langsung pesen ke mas-mas pelayannya langsung, secara verbal."